19 April 2009

A God's hand

Seorang teman bercerita kalau dirinya baru saja kehilangan uang di dalam bis kota. Dia baru sadar kalau uangnya hilang ketika dia mengisikan bensin untuk motornya di pos bensin dekat kantor. Teman saya langsung lemas dan berusaha untuk menceritakan keadaanya pada petugas pos bensin. Petugas yang merasa kasihan menyarankan dia untuk meninggalkan kartu identitas dan mempersilahkannya pulang untuk mengambil uang.


Tiba-tiba datang sebuah mobil (cukup berkelas). Pengendaranya keluar untuk membeli bensin. Ketika urusannya selesai, dia membayar dengan uang pecahan besar. (Aneh) ternyata pos bensin itu tidak punya pecahan kecil untuk mengembalikan uang si pengendara mobil (Kenapa saya bilang aneh? Karena dari dulu setahu saya pos bensin justru sasaran orang untuk menukar uang pecahan besar. masa lembar sepuluh ribu saja tidak ada?). Lalu si pengendara mobilpun berkata,

"Ya sudah, mas. Kembaliannya dipakai untuk membayar bensinya bapak itu saja," katanya sambil menunjuk teman saya. Pengendara itupun masuk ke dalam mobilnya dan berlalu. Teman saya terlongo sejenak. Biaya yang dia butuhkan untuk membayar bensinya (lagi-lagi kebetulan) sama besar dengan kembalian untuk si pengendara mobil tadi. Ketika tersadar teman sayapun mengucapkan terima kasih berulang-ulang.

Ini bukan cerita fiktif. Ini nyata. Beberapa hal yang membuat saya terhatu dalam kisah ini adalah: masih adanya orang-orang yang peduli untuk berbagi dengan orang lain seperti bapak pengendara mobil itu. Kemudian, segala kebetulan yang terjadi dalam rangkaian kisah ini, mulai dari masalah teman saya, lalu kemunculan pengendara mobil itu, bagaikan sebuah skenario kebaikan yang begitu indah yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Bagi saya, kemunculan se pengendara mobil yang (tanpa sengaja) telah membantu kesulitan teman saya bagaikan perpanjangan tangan Tuhan dalam menolong umatnya.

Tuhan selalu siap membantu umatnya dalam bentuk apapun, melalui siapapun dan pada saat kapanpun bagi mereka yang percaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar