19 April 2009

Terharu lagi

Barusan saya mendapat kabar yang mengharukan dari sekolah musik tempat saya mengajar. Seorang murid saya lagi-lagi diundang untuk ikut ABRSM High Score's Concert. Ini yang ketiga kalinya setelah tiga periode saya menyertakan murid-murid bimbingan saya dalam ujian ABRSM. Lokasi konser kali ini di Semarang. Asyiknya.. akhirnya tiba juga saat mengunjungi Semarang dan bertemu serta berkenalan dengan guru dan siswa piano di Semarang... ^_^


Mungkin hal ini tidak terlalu istimewa. High Score's Concert sendiri adalah konser intern yang diselenggarakan oleh ABRSM (Associated Board of Royal School of Music, London) perwakilan Indonesia. Konser menampilkan para siswa yang berhasil memperoleh nilai tertinggi dalam ujian piano yang diselenggarakan oleh ABRSM di cabang-cabang ABRSM Indonesia. Para peserta konser diwajibkan menampilkan satu lagu ujian terbaik mereka disaksikan oleh pejabat ABRSM Indonesia, para guru, siswa lain dan kerabat mereka (kadang terdapat beberapa tamu dari umum yang sengaja ingin menonton konser atau resital kecil tersebut). Sifat yang intern ini membuat ABRSM High Score's Concert menjadi tidak terlalu istimewa dalam dunia klasik, terutama klasik di indonesia.

Namun bagi saya, yang bisa dibilang masih hijau sebagai pengajar di bidang ini, undangan terhadap murid saya merupakan suatu kepuasan tersendiri yang tidak bisa terlukiskan. Saya sangat menyadari bahwa keberhasilan ini bukan semata karena keberhasilan saya. Saya merasa sangat bersyukur diberi kesempatan untuk membimbing anak-anak dengan bakat musik yang bagus (tanpa kerja keras mereka, maka kerja keras sayapun tidak akan berarti). Tapi setidaknya, saya telah menunjukkan kepada mereka (yang sebelumnya sempat meragukan kemampuan saya) bahwa saya (dengan segala keterbatasan dan kepolosan yang saya miliki...^_^) ternyata mampu membentuk "sesuatu". Walaupun pengakuan itu tidak akan saya dengar, paling tidak saya telah "melihat" dan "menunjukkan" sesuatu.

Betapa bangga dan terharunya ketika kita bisa melihat dengan mata kita sendiri sebuah keberhasilan atau prestasi (sekecil apapun) yang telah kita coba raih dengan sungguh-sungguh. Pujian menjadi kebutuhan sekunder saat kita bisa melihat prestasi (kecil) itu, karena kita tahu sebuah bisikan dalam pikiran yang menyebutkan sesuatu yang jauh lebih penting dari itu.
"Saya telah melakukan yang terbaik untuk ini."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar