19 April 2009

25 hours a day, please...

Huaaa... selalu saja berpikir andaikan gw bisa punya waktu lebih banyak dalam sehari. Rasanya 24 jam sehari kuraaannggg... banget untuk memberesi semua urusan dan tugas yang berjibun. Setiap ahri berangkat pagi dan pulang malem. udah gitu masih harus bagi waktu buat piano practising, garap tugas kuliah, belajar bahasa asing, nyiapin materi ngajar, baca-baca, bersosialisasi.. aduh, urusan gw kok banyak bener sih??


tapi setelah dipikir-pikir lagi, bener nggak sih sebenarnya kalau gw tuh butuh waktu 25 jam sehari untuk menangani semua urusan itu? kalod ipikir-pikir lagi, begitu banyak orang yang punya kesibukan jauh melampaui gw dan ternyata mereka tetap bisa menjalaninya dengan baik dan maksimal. Mungkin nggak kayak gw kali ya, yang selalu telat kalo berangkat kerja, selalu telat kalo ngumpulin tugas, nggak pernah briliant di pelajaran piano dan sebagainya dan sebagainya.

Kadang gw mikir aja, ketika gw berkeluh kesah tentang masalah waktu, itu sebetulnya hanyalah kemanjaan gw terhadap diri sendiri. Mungkin sebetulnya kalau mau ditelusuri lagi, waktu sebetulnya nggak pernah kurang untuk gw. Hanya gw aja yang mungkin terlalu banyak membuang waktu itu.

Let see the case, gw telat ngajar pagi. Biasanya gw menggerutu, itu gara-gara gw semalem ngelembur ngegarap tugas n bangun kesiangan. Padahal kalo dipikir ke belakang lagi, kenapa juga nggarap tugasnya sambil ngelembur? Ternyata oh ternyata, itu karena gw ngegarapnya sambil chatting!! (pantesan aja lama lah, yos!). Itu dia. Sebenarnya bukan karena waktunya yang sempit. tapi karena gwnya sendiri masih belum bisa mendisiplinkan diri dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

Banyak orang super duper sibuk di dunia ini yang telah berhasil memanage waktu mereka yang hanya sebanyak 24 jam sehari untuk melakukan banyak hal. Gw jadi minder sama mereka. memang nggak pantas rasanya kalau kita merengek minta tambahan waktu menjadi 25 jam sehari. Justru terbatasnya waktu itulah yang harus membuat kita (dalam hal ini gw) terpacu untuk menghargainya. Kalau waktu bisa ditambah jadi 25 jam, pasti gw bakal minta "Tambah lagi dunk jadi 26 jam perhari..." Hell! manusia emang nggak pernah ada puasnya

Gw berpikir, konsep berkeluh kesah seperti ini justru tidak hanya berlaku untuk masalah waktu saja, melainkan juga berpengaruh untuk urusan-urusan lainnya di segala aspek kehidupan. Kalai dipikir-pikir, berapa kali kita berkeluh kesah dengan keadaan yang membenturkan kita pada suatu keterbatasan? "Kenapa ya gw nggak bisa ini nggak bisa itu?", "Kenapa gw nggak sekaya dia?" dan segudang kenapa yang lainnya. Pertanyaan semacam itu hanya akan membawa kita kepada kondisi penyalahan habis-habisan terhadap kondisi dan keterbatasan kita. Kenapa ya pertanyaanya nggak diubah aja jadi "Gimana ya gw biar bisa kayak dia?" dengan begitu diri ini bsia jadi termotivasi untuk berkreasi mensiasati keadaan dan menemukan solusi terbaik. Bukankah mendapatkan sesuatu yang melampaui keterbatasan kita adalah sesuatu yang manis?? Jadi kenapa nggak mulai sekarang "berhenti mengeluh" dan beralih ke "mencoba"?

Halah, Yos! Kamu ngoceh kayak yang ahli aja? Lha kamu sendiri piye???? Hehehehe, nyadar sesadar-sadarnya kalau diri ini masih jauh dari sempurna dan tulisan di atas hanyalah sebuah renungan diri yang pada akhirnya akan dipakai oleh diri sendiri (ceritanya dari sendiri, oleh sendiri untuk sendiri) Hehehehe....

Jadi, berhentilah meminta hari menjadi 25 jam. Perbaikilah diri agar bisa melakukanya hanya dalam waktu 24 jam! GANBATTE !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar