Jadi saya mencoba tantangan baru dalam dunia tulis menulis, yaitu menulis cerita berbahasa Inggris. Semuanya berawal dari keisengan saya bergabung dengan komunitas bernama fanfiction.com, komunitas fanfic paling terkenal di dunia maya. Maka saya mulai berkenalan dengan beberapa penulis fan fiction berbahasa Inggris, khususnya yang berasal dari Indonesia.
Menulis cerita bukan hal baru bagi saya. Semenjak saya memutuskan untuk bergabung dengan Kemudian.com, maka saya banyak belajar dari teman-teman di sana mengenai apa dan bagaimana itu menulis. Mengetahui kegemaran saya itu, salah satu teman dari fanfiction memberi saran, "Jadi kenapa tidak mencoba menulis fanfic dengan bahasa Inggris?" Saya merasa tertantang.
Saya menyukai fanfic. Saya juga sudah pernah menulis fanfic (tapi dalam bahasa Indonesia). Saya (merasa) cukup paham dengan bahasa Inggris. Saya pernah aktif di klub bahasa Inggris, saya pernah mengajar bahasa Inggris untuk beberapa siswasaya pernah memegang beberapa kelas TOEFL dan wawancara kerja berbahasa Inggris. Saya berpikir menulis fanfic berbahasa Inggris akan menjadi sebuah tolak ukur tersendiri atas penguasaan saya terhadap dua bidang tersebut, menulis dan bahasa Inggris.
Di luar dugaan, saat saya mencoba menuangkan ide di depan monitor komputer, saya justru mendapatkan diri saya kebingungan untuk mulai dari mana. Membuat paragraf pembuka dan memilih kata-kata dalam bahasa ibu adalah hal yang jauh lebih mudah bagi saya dibanding memilih kata dalam bahasa Inggris. Tiba-tiba saya terbentur dengan segala permasalahan yang biasanya saya kemukakan di hadapan murid-murid Inggris saya. Saya takut membuat salah dari segi tata bahasa, saya lupa perbendaharaan kata, saya bahkan tidak tahu mau menulis apa. Ternyata menulis bahasa inggris jauh lebih sulit daripada berbicara.
Saya tidak mau membuang waktu. Maka saya mencoba menulis dengan bahasa Indonesia yang kemudian saya coba terjemahkan. Setelah itu, cerita tersebut saya kirimkan ke "editor" bahasa dhadhakan saya. Di luar dugaan, komentarnya benar-benar membuat saya mempertanyakan kapasitas kemampuan bahasa Inggris saya yang sesungguhnya.
"Yosi, lebih dari 50% pemilihan dan penyusunan katamu kacau.*
Maka dimulailah, satu minggu kursus kilat untuk memperbaiki susunan kata dan gaya bahasa saya dalam cerita tersebut. Pengalaman itu membuat saya berpikir ternyata kemampuan bahasa asing saya pun masih belum ada apa-apanya. Saya harus banyak belajar lagi.
Ada saat dimana kita berhak merasa puas dengan keahlian atau kemampuan yang kita miliki. Itu membuat kita menjadi sedikit lebih menghargai diri sendiri. Namun bila ingin merasa hidup, jangan pernah merasa bahwa kita sudah "cukup" dengan apa yang kita miliki. Selalu berpikir bahwa masih ada langit di atas langit dan ada tujuan lebih jauh yang akan diraih. Itu yang membuat kita berpikir untuk selalu menjadi lebih baik, menjadi dinamis, bergerak, berubah dan kemudian HIDUP.
19 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mungkin karena kau menulisnya dalam bahasa indonesia di awal, Sis. Akan berbeda jika kau langsung memulainya dengan bahasa inggris, kurasa :)
BalasHapusKau semangat sekali.
Mungkin juga...
BalasHapus