17 Mei 2009

Mengenai Reinkarnasi



Kali ini temanya agak berat (eh, mungkin nggak juga sih.. ^^). Jadi semuanya berawal dari obrolan santai dengan teman saya di sela-sela mengajar. Kami membahas tentang konsep reinkarnasi (yang kebetulan sama-sama kami percayai) serta pro dan kontranya.

Apakah reinkarnasi? Ada yang menyebutkan reinkarnasi sebagai suatu proses terlahir kembali atau penitisan yang berulang ke dunia sebagai bentuk pencucian dosa atau pembersihan jiwa sebelum mencapai moksa (sempurna). Reinkarnasi berhubungan dengan karma seseorang dalam kehidupan sebelumnya. Baik buruknya karma seseorang akan mempengaruhi tingkat kehidupan pada reinkarnasi berikutnya.


Bagi mereka yang mempercayai reinkarnasi, kehidupan dianggap sebagai sebuah siklus kelahiran dan kematian roh yang terus berlangsung (saya pribadi percaya siklus ini akan terus berlangsung hingga kiamat tiba). Siklus kehidupan ini akan membuat manusia berpikir tentang hukum sebab-akibat dan karma sehingga untuk mencapai kehidupan akan datang yang lebih baik maka manusia harus bisa menjaga dan meningkatkan derajat kebersihan jiwanya di kehidupan sekarang.

Konsep reinkarnasi terutama dipercayai dalam sejumlah agama timur seperti Budha, Hindu, Konghuchu dan ajaran Tao, sementara kaum barat lebih tertarik untuk mempelajarinya sebagai sebuah bahan kajian yang menarik. Dalam agama Islam sendiri konsep reinkarnasi tidak dibicarakan dengan jelas. Bahkan saya kira, konsep reinkarnasi termasuk dalam konsep-konsep yang tabu dibicarakan karena (mungkin) dianggap (dapat) mengganggu konsep-konsep tauhid yang sudah akrab dengan masyarakat muslim. Saya pribadi menganggap perihal reinkarnasi sebagai sebuah konsep yang sama sekali tidak mengganggu kepercayaan saya terhadap agama yang saya anut. Saya bahkan menemukan sejumlah logika yang saling berkaitan yang justru membuat saya makin yakin dnegan ajaran agama yang saya anut.

Ada sebuah surat dalam Al-Qur’an yang menarik perhatian saya sehubungan dengan konsep reinkarnasi. Surat Al-Baqarah ayat 28 berbunyi : ”Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan.”
Pengulangan kata dimatikan dna dihidupkan menggelitik rasa penasaran saya. Pernyataan terakhir bahwa perulangan itu akan diakhiri dengan pengembalian tiap (roh) manusia kepada-Nya seolah menunjukkan pengakhiran sebuah proses yang berulang. Apakah ayat ini mencoba menegaskan bahwa sebuah konsep reinkarnasi (mati-lahir kembali-mati- lahir kembali) pun diakui dalam Islam?

Terlepas dari segala kekaburan maupun pro dan kontra tentang reinkarnasi, saya kembali mengakui bahwa saya termasuk orang yang percaya reinkarnasi, sama seperti kepercayaan saya terhadap kehidupan lain di luar bumi. Maka iseng saya bertanya pada teman saya (yang berkata kalau dia memiliki kemampuan untuk ”melihat” kehidupan sebelumnya).

”Kalau gitu gimana dengan kehidupan aku di masa lalu? Siapa aku sehingga sampai sekarang belum dapat jodoh?”

Jawabnya, ”Kamu menanggung karma masa lalu”

”Oya? Karma apa?”

”Di kehidupan sebelumnya kamu adalah seorang istri yang tidak bisa menghargai suami. Maka sekarang kamu harus menjalani karmamu.”

Saya tersenyum pahit. Jadi karena karma, ya? Terlepas dari benar tidaknya kata-kata dia, setidaknya saya mendapatkan sebuah gambaran apa yang harus saya perbaiki dari kehidupan saya sebelumnya.

1 komentar:

  1. Saya juga tertarik sekali dengan konsep reinkarnasi ini. Bahkan katanya, orang-orang yang kita temui di masa kini adalah orang-orang yg sama yg kita temui di masa lalu, lho. Entah bener atau enggak. Hehe.

    Topik ini emang nggak akan pernah habis kalo diomongin. Hehe.

    BalasHapus